Jalan Weekend ke Pasar Glodok


"Weekend di Jakarta biasa ngapain? Nge-mall? Bosen gak si? :( Sama.  Jalan di pinggiran makan jajanan kaki lima rasanya lebih menarik.  Yuk ke Glodok.  Ada hal-hal seru ternyata di Pecinan Glodok.  Lumayan untuk refreshing dari pada sekedar jalan di mall."


Pernah gak sih kepikiran ngabisin waktu weekend buat jalan-jalan ke Pasar?  Aku sama sekali gak pernah sebenernya.  Cuman aku gak sengaja nemuin blognya JGG, " Jakarta Good Guide".  Kemudian berujung mampir ke Instagramnya, "JKTGOODGUIDE".  Setelah kepo, akhirnya tertarik dan coba join walking tour-nya ke rute Pecinan di Glodok.

Pecinan Glodok atau sering disebut dengan Chinatown Market Glodok lokasinya ada di daerah Glodok,  Jakarta Barat.  Lokasi ini bisa diakses menggunakan busway, turun di halte Glodok dekat dengan Restoran Pantjoran Tea House. 

Aku join walking tour rute Pecinan Glodok bareng JGG (Jakarta Good Guide) di bulan Juli 2019.  Aku dan teman-teman baru lainya dikumpulkan di Citiwalk Gajah Mada sekitar pukul 10 pagi.  Kurang lebih perjalananya menghabiskan waktu selama 2 jam menyusuri Pasar Glodok.

Rute Walking Tour Chinatown Market Glodok
Menurut aku, perjalanan ini sangat menarik.  Aku bisa jalan-jalan sambil ngemil, sambil olahraga dan mengulas sejarah di Negeri sendiri.  

Perjalanan pertama dimulai dari Pantjoran Tea House.  Pantjoran Tea House ini merupakan salah satu toko obat tertua di Jakarta,  dikenal dengan sebutan Apotek Chung Hwa.  Kemudian sekitar tahun 2015, bangunan ini direvitalisasi dan dialihkan fungsinya menjadi kedai teh "Pantjoran Tea House".

Di depan Pantjoran Tea House ini ada 8 Jug Teh yang disediakan setiap hari oleh pengelolanya.  Aku dan teman-teman lainnya diperbolehkan meminumnya.  Sebenarnya ini merupakan tradisi yang terus dijaga hingga saat ini, tradisi Patekoan.  Pa artinya 8 (delapan), teko artinya tempat air.  Tradisi ini dulunya dimulai oleh Kapitan Cina, Gan Djie.  Setiap hari beliau menyediakan delapan teko teh di depan kantornya yang dulu sering menjadi tempat singgah para pedagang keliling.  Mereka bisa meminum teh ini tanpa dipungut biaya.

Pantjoran Tea House
Perjalanan berlanjut ke Pasar Petak Sembilan.  Pasar Petak Sembilan ini sebenarnya merupakan nama gang  kecil di jalan ini.  Pasar Petak Sembilan ini sangat khas dengan nuansa Chinnese, dihias dengan lampu-lampu lampion merah.  Suasanya sangat ramai, banyak juga kendaraan yang berlalu lalang di gang kecil ini selain para pejalan kaki.  Di bahu jalan banyak pedagang sayuran, ikan segar, teripang, katak, daging, dan lainnya.  Sedangkan di kanan kiri jalan banyak toko-toko kecil menjual peralatan ibadah umat Budha, toko obat tradisional, baju imlek, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain.

Pasar Petak Sembilan
Setelah berjalan kaki menyusuri Pasar Petak Sembilan, aku melanjutkan perjalanan ke Vihara Dharma Bhakti, tempat beribadah umat Budha.  Hari itu suasana-nya masih cukup sepi.  Di luar Vihara Dharma Vhakti banyak penjual burung Gereja.  Biasanya umat Budha membeli burung gereja ini untuk tradisi Fang Sheng.  Fang Sheng memiliki makna untuk melepaskan makhluk hidup ke alam bebas, memberikan kesempatan untuk terus hidup dan bahagia.  Di dalam Vihara Dharma Bhakti terdapat banyak lilin-lilin yang sangat besar.  Lilin-lilin ini diberikan oleh umat-umat Budha.  Maknanya sendiri adalah agar dalam penghidupanya, lilin tersebut dapat memberikan penerangan kepada keluarganya kelak, lancar rejeki dan selalu diberikan keberkatan.

Vihara Dharma Bhakti
Perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi Gereja St. Maria De Fatima.  Gereja dengan bangunan yang masih khas Chinese, sering kali Gereja ini dianggap juga sebagai Kelenteng bagi orang awam.  Sehingga di atas bangunan Gereja St. Maria De Fatima ini di berikan tanda + atau salib untuk membedakan gereja dan klenteng.

Gereja St. Maria De Fatima
Tidak jauh dari Gereja St. Maria De Fatima, di seberang jalan terlihat Vihara Dharma Jaya Toasebio.  Di tempat ini aku bisa mencoba peruntungan atau ramalan.  Ramalan ini dikenal dengan tradisi Ciam Si.  Ramalan dengan mengocok batang bambu yang mana memiliki nomor tertentu.  Nantinya nomor ini akan menjadi referensi dari kertas ramalan yang akan diambil dan dibacakan.  

Kertas Ramalan Ciam Si di Vihara Dharma Jaya Toasebio

Menyusuri gang di dekat Vihara Dharma Jaya Toasebio, ada banyak sekali pedagang makanan ringan di sini, seperti dumpling, siomay jeroan babi, kue bolu, kue bulan, choipan, dll.  Ada satu tempat makan yang menarik buat aku, warung vegetarian.  Warung ini menjual beragam macam olahan daging dari gluten, seperti sate, rendang, cha siu.  Rasanya sangat mirip dengan aslinya, tekstur serat dagingnya, aroma smokey-nya dan rasanya menurut aku enak.  Pemiliknya ini sudah lama menjadi vegetarian kemudian beliau menjajakan apa yang dimakanya.
Suasana Pedagang Makanan Kecil di Gang
Sebagai penutup perjalanan, aku dan lainya mampir ke Gang Gloria, untuk sekedar mengistirahatkan kaki sambil minum segelas kopi dari warung legendaris Kopi Es Tak Kie.  Ada 2 (dua) macam kopi yang dijual di Kopi Es Tak Kie ini, Kopi Original dan Kopi Susu.  Harganya dibanderol 20 ribu per gelas.  Di sepanjang gang ini banyak juga penjual warung makanan berat, seperti nasi hainan, bakmi, soto, dan lainya. 

Kopi Es Tak Kie
Perjalanan walking tour bareng JGG ini menurut aku cukup seru dan baru buat aku.  JGG (Jakarta Good Guide) ini gak hanya menawarkan rute Chinatown Market Glodok, tapi banyak sekali rute-rute lainya seperti Blok M, Pasar Lama Tanggerang, Kota Tua, Cikini, dll.  Tidak ada biaya tertentu untuk join walking tour bareng JGG, karena tour mereka itu "Pay as you wish" .  Ini IG JGG untuk yang kepo apa itu JGG, rute mana aja yang available diminggu ini.


Comments

  1. Baru tau di jakarta ada chinatown, dan bentuk kotanya hampir sama dengan di kalimantan ( singkawang ), bangunan mereka khas dan kedai jualan seperti kedai jaman dahulu, klasik. dan yang memang enak dari jualan mereka adalah kopi yang legend

    ReplyDelete
    Replies
    1. Singkawang, kata orang bilang udah engga kerasa lagi yaa kaya di Indonesia hehe. Saya pengen kesana, masih masuk wish list. Katanya kalo tahun baru china rame banget ya?

      Delete
  2. Wah ada chinatown di Jakarta ya. Menarik nih, buat ngabisin waktu pas akhir pekan. Gluten ini aku pernah diajarin bikinnya, rasanya memang mirip daging. Buat vegetarian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul bisa jalan-jalan sambil olahraga muter-muter china town hehe.
      Oh iya mba? boleh nih share resep glutenya hehe.

      Delete
  3. Dulu sekian lama saya tinggal di Jakarta malah belum pernah ke china town ini paling banter ke Mangga Dua aja itupun ke ITC huhu, pengen deh suatu saat pas ke Jakarta ini mampir ke Glodok bareng Jakarta Good Guide :)

    ReplyDelete
  4. Sekarang jakarta sudha jauh lebih indah dibanding dulu. .. jadi penasaran pingin jalan jalan ke sana.. apalagi sekarang sudah ada Jakarta Good Guide..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kuy agendakan hhe. mudah2an cepat terlaksana yaa :)

      Delete
  5. Kirain Glodok cuma bagus tuk beli barang elektronik. Ternyata ada tempat² asik jg ya tuk jelong² hehe. Thx infonya kak

    ReplyDelete
  6. wah asik banget udah bisa jalan-jalan kak, btw saya udah lama ga berkunjung ke tempat ini, dulu kalau ke Glodok hanya untuk belanja cari-cari hp hehhehe, tapi ga pernah kelilingin semuanya sih tempat wisatanya gini, seru niy street traveling gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener hhe. smga lain waktu bisa mampir yaa :)

      Delete
  7. Glodok ini yang jadi syutingnya Mari Kita Cerita Hari Ini. Pas nonton itu langsung deh terkenang pas masih tinggal di Jakarta. Kopi Es takkie ya ampun kangen banget.

    ReplyDelete

Post a Comment